fbpx
Kamis, 26 Juni 2025

TOP-NEWS

| KAMI ADA UNTUK ANDA

Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana di Tanah Air Periode 24–25 Juni 2025

3 min read

TOP-NEWS.id, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) mencatat sebanyak 18 kejadian bencana yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia terhitung sejak Selasa, 24 Juni 2025 pukul 07.00 WIB hingga Rabu, 25 Juni 2025 pukul 07.00 WIB.

“Dari jumlah tersebut, delapan kejadian tercatat berdampak signifikan terhadap masyarakat, yang terdiri dari dua kejadian baru dan enam kejadian yang merupakan pembaruan dari laporan sebelumnya,” terang Abdul Muhari, Ph.D, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam keterangan tertulis di Jakarta, (25/6).

Lebih lanjut dijelaskan, kejadian baru pertama adalah banjir rob yang terjadi di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Peristiwa ini menyebabkan sekitar 8.800 jiwa terdampak dan 2.200 rumah terendam.

Meski belum ada penetapan status darurat, kondisi terkini menunjukkan bahwa genangan air berangsur surut.

Sementara itu, kejadian baru kedua adalah banjir yang melanda Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Sebanyak 50 kepala keluarga terdampak dengan jumlah rumah terdampak yang sama.

Wilayah ini masih berada dalam status Siaga Darurat terhitung sejak 1 Januari hingga 30 Juni 2025. Saat ini, area permukiman dan persawahan masih tergenang air.

Enam kejadian lainnya merupakan pengkinian dari kejadian sebelumnya. Di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, banjir berdampak pada 1.165 kepala keluarga atau sekitar 3.744 jiwa, dengan 1.327 unit rumah terdampak.

Bencana ini berada dalam status Tanggap Darurat sejak 19 Juni hingga 2 Juli 2025, dan kondisi saat ini menunjukkan banjir telah surut. Di wilayah yang sama, tanah longsor menelan korban jiwa sebanyak tiga orang dan empat orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Tim gabungan masih melanjutkan operasi pencarian meski mengalami kendala karena kondisi jenazah yang sulit dikenali. Dua alat berat telah dikerahkan ke lokasi, dan komunikasi di wilayah tersebut telah berjalan normal.

Kemudian di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, banjir menyebabkan satu orang meninggal dunia, satu orang luka akibat tersengat listrik, serta berdampak pada 3.720 kepala keluarga atau 14.152 jiwa. Sebanyak 1.506 kepala keluarga atau 4.962 jiwa sempat mengungsi dan 4.418 rumah terdampak.

Meski masih berstatus Tanggap Darurat hingga 7 Juli 2025, sebagian besar pengungsi telah kembali ke rumah masing-masing.

Berikutnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, longsor berdampak pada 381 kepala keluarga atau 1.437 jiwa.

Sebanyak 549 jiwa mengungsi dan 301 rumah mengalami kerusakan. Meskipun status Tanggap Darurat telah berakhir, pergerakan tanah masih berlangsung hingga saat ini, menyebabkan ruas jalan Toi–Nifuleo sepanjang 30 meter mengalami patahan dengan kedalaman 40 hingga 80 cm.

Sementara itu, banjir di Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, berdampak pada 10.379 kepala keluarga atau 31.494 jiwa, serta merendam sekitar 9.122 unit rumah.

Wilayah ini masih dalam status Tanggap Darurat hingga 3 Juli 2025, namun sebagian besar area telah surut dan aktivitas masyarakat berangsur normal.

Di sisi lain, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dilaporkan terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, dengan luas lahan terbakar mencapai lima hektar. Saat ini masih terdapat beberapa titik api yang belum sepenuhnya padam, dan upaya pemadaman terus dilakukan oleh satgas gabungan.

Prakiraan Cuaca dan Potensi Bencana

Berdasarkan informasi prakiraan cuaca  Kamis-Jumat (26/27), wilayah Indonesia masih akan dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang cukup aktif.

Beberapa wilayah berpotensi mengalami hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, terutama di wilayah Sumatera bagian tengah dan selatan, sebagian besar Pulau Kalimantan, Sulawesi bagian tengah dan selatan, serta wilayah pesisir selatan Jawa.

BNPB mengingatkan bahwa fenomena cuaca tersebut dapat berpotensi menjadi pemicu kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di wilayah yang memiliki curah hujan tinggi, terutama di kawasan dengan kondisi tanah yang labil atau pasca pembukaan lahan.

Adapun di wilayah pesisir, potensi banjir rob juga masih mungkin terjadi akibat pasang maksimum. Sementara itu, sejumlah wilayah di Sumatera bagian barat dan Kalimantan bagian tengah juga tetap diwaspadai akan potensi karhutla karena suhu udara yang tinggi dan minimnya curah hujan.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan informasi cuaca dari instansi terkait serta arahan dari BPBD setempat. BNPB juga telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran daerah untuk mengaktifkan sistem peringatan dini dan meningkatkan kesiapsiagaan, khususnya di daerah rawan bencana.

BNPB terus melakukan pemantauan intensif terhadap perkembangan situasi bencana di seluruh wilayah, serta berkoordinasi secara berkesinambungan dengan pemerintah daerah dan instansi teknis guna percepatan penanganan darurat dan pemulihan.

Operasi pencarian, penyelamatan, distribusi logistik, serta asesmen lapangan terus dilaksanakan oleh tim gabungan yang berada di lokasi terdampak.

Sumber : BNPB

Abdul Muhari, Ph.D.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Copyright © TOP-NEWS.ID 2024 | Newsphere by AF themes.