fbpx
Jumat, 7 November 2025

TOP-NEWS

| KAMI ADA UNTUK ANDA

Karang Taruna Kampung Hobong Pelopor Solusi Air Minum Sehat Danau Sentani

6 min read

Program Inovatif USTJ Ubah Pemuda Papua Jadi Pengelola Air Minum Mandiri

TOP-NEWS.id, JAYAPURA – Keindahan dan luasnya Danau Sentani, yang berada di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, ada sebuah pulau kecil bernama Kampung Hobong, yang saat ini mengalami transformasi begitu luar biasa. Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) bersama Karang Taruna Kampung Hobong kini mengembangkan program pemberdayaan yang mengubah cara masyarakat memperoleh air minum sehat dan aman.

Kampung Hobong, dihuni 175 kepala keluarga (KK) dengan total jumlah 873 jiwa selama ini mengandalkan air Danau Sentani untuk kebutuhan sehari-hari tanpa proses filtrasi memadai. Kondisi ini, mengakibatkan ada 34 persen kasus penyakit di kampung tersebut berkaitan dengan kualitas air tidak memenuhi standar kesehatan.

“Kami melihat potensi besar dari pemuda Karang Taruna Kampung Hobong untuk menjadi agen perubahan,” kata Alfred Benjamin Alfons, Ketua Tim Pengabdian Program Studi Teknik Lingkungan USTJ dalam keterangan tertulis diterima TOP-NEWS.id, Minggu (21/9/2025).

Bambang Suhartawan, Dosen Teknik Lingkungan USTJ berikan paparan kepada warga setepat terkait kondisi kualitas air Danau Sentani. (Foto: Dok)

“Dengan 20 anggota aktif berusia 16-30 tahun, mereka memiliki semangat tinggi untuk berkontribusi pada pembangunan kampung,” jelas Alfred.

Untuk itu, permasalahan mendesak air minum di kampung tersebut,
berdasarkan penelitian Dosen Teknik Lingkungan USTJ, Bambang Suhartawan bahwa kondisi air Danau Sentani menunjukkan tingkat kekeruhan tinggi, terutama saat musim hujan dengan nilai turbiditas mencapai 210 nephelometric turbidity unit atau NTU.

Angka ini jauh melampaui standar air minum yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), yaitu maksimal lima NTU.

Penyerahan modul panduan operasional peralatan pembuatan air minum dan pedoman bisnis sosial oleh Tim PKM oleh Bambang Suhartawan kepada perwakilan Karang Taruna Hobong. (Foto: Dok)

Selain itu, kata Bambang Suhartawan, kandungan escherichis coli yang sangat tinggi akibat limbah tinja berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.
Dimana data Puskesmas Sentani 2023 mencatat angka penyakit berbasis air di Kampung Hobong 15 persen lebih tinggi dibandingkan kampung lain di Distrik Sentani.

“Ada penyakit seperti diare, tipus, dan infeksi parasit menjadi masalah rutin yang dihadapi warga. Hanya 23 persen masyarakat yang memahami pentingnya proses filtrasi air sebelum dikonsumsi, dan 15 persen yang melakukan praktik pengolahan air sederhana,” ungkap Bambang Suhartawan, peneliti kualitas air dari USTJ, yang telah mempublikasikan berbagai penelitian tentang Danau Sentani.

Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Suhartawan dan kawan-kawan, yang dimuat dalam Journal Research of Social Science, Economics and Management (JRSSEM) menunjukkan status kualitas air danau berdasarkan indeks pencemaran masih memerlukan pengolahan khusus untuk memenuhi kebutuhan air minum yang sehat dan aman.

Teknologi Filtrasi Tepat Guna

Program yang dimulai Juli 2025, menghadirkan sistem filtrasi dua tahap yang inovatif. Yakni, tahap pertama, menggunakan serangkaian filter polipropilena (PP) dengan ukuran bertingkat 5, 3, dan 1 mikron, dilanjutkan dengan filter Carbon Block dan Granular Activated Carbon (GAC) untuk menghasilkan air bersih.

Tanwir, Tim Dosen Program Studi Teknik Elektro USTJ berikan uji coba peralatan pembuatan air minum. (Foto: Dok)

Tahap kedua, melibatkan filter Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) dengan media silika dan karbon aktif, kemudian diakhiri dengan desinfeksi ultraviolet (UV) untuk membunuh mikroorganisme berbahaya. Dan hasil akhirnya, adalah air minum siap konsumsi dengan kapasitas 1000 liter per hari.

“Teknologi ini dipilih, karena mudah dioperasikan, biaya perawatan terjangkau, dan menggunakan bahan lokal sebanyak mungkin,” ucap Tanwir, anggota Tim Dosen, Program Studi Teknik Elektro USTJ, yang bertanggungjawab atas perancangan sistem.

Menurutnya, pemberdayaan pemuda sebagai kunci, yang membuat program ini unik adalah fokusnya pada pemberdayaan pemuda. Dikatakan Tanwir, Karang Taruna Kampung Hobong dibentuk sebagai Unit Pengelola Air Minum dengan struktur organisasi yang jelas. Anggotanya dilatih secara komprehensif mulai dari pengetahuan dasar tentang air bersih hingga keterampilan teknis operasional dan manajemen.

“Kami tidak hanya memberikan alat, tapi juga membangun kapasitas lokal untuk mengelola sistem ini secara mandiri,” tutur Alfons, yang juga sebagai Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTSP – USTJ.

Program pelatihan mencakup lima modul, yaitu pemahaman dasar air bersih, teknis pembuatan sistem filtrasi, pemeliharaan, manajemen organisasi, dan monitoring kualitas air.

Desty Tappi dan Asrul, mahasiswa Teknik Lingkungan USTJ, yang terlibat dalam program ini, bertugas mendampingi Karang Taruna Kampung Hobong dalam pengoperasian sistem dan menyusun panduan teknis yang mudah dipahami.

Model Bisnis Sosial Berkelanjutan

Aspek keberlanjutan menjadi perhatian utama program ini. Tim Pengabdi USTJ mengembangkan model bisnis sosial dimana sistem penyediaan air minum dikelola sebagai usaha sosial karang taruna dengan penetapan iuran wajib yang terjangkau bagi masyarakat.

“Kami juga mengembangkan produk air minum dalam kemasan sederhana dengan merek lokal untuk dijual kepada pengunjung atau wisatawan,” kata Ketua Karang Taruna Kampung Hobong, diwakili Kepala Kampung Hobong Abraham Kabey.

Usai uji coba dan temu muka dengan warga Kampung Hobong pada kegiatan pembuatan air minum sehat, dosen dan mahasiswa lakukan foto bersama masyarakat Hobong. (Foto: Dok)

Ia menjelaskan bahwa model ini diharapkan dapat menciptakan sumber pendapatan untuk pemeliharaan sistem sekaligus membuka peluang wirausaha bagi pemuda setempat.

Dampak multidimensi program ini dengan total anggaran Rp 47.796.000 dibiayai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi RI melalui Hibah Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) tahun 2025.

Dan diproyeksikan memberikan dampak multidimensi. Dari aspek kesehatan, diharapkan terjadi penurunan signifikan angka kejadian penyakit berbasis air, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lanjut usia (lansia).

Dampak sosial meliputi penguatan peran pemuda sebagai agen perubahan dan peningkatan kohesi sosial melalui pengelolaan sumber daya bersama. Sementara dampak ekonomi berupa pengurangan biaya kesehatan dan potensi peningkatan produktivitas masyarakat.

“Program ini juga memiliki dampak lingkungan positif melalui peningkatan kesadaran tentang perlindungan sumber air dan konservasi Danau Sentani,” tambah Bambang Suhartawan, yang telah menerbitkan enam jurnal tentang kualitas air Danau Sentani menggunakan berbagai metode.

Yakni, Indeks Pencemaran (IP), National Sanitation Foundation – Water Quality Index (NSF-WQI), STORET, Canadian Council of Ministers of the Environment – Water Quality Index (CCME-WQI), dan British Columbia Water Quality Index atau BC Provincial Water Quality Index (BC-WQI).

Keterkaitan dengan Program Nasional
ini sejalan dengan beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 6 tentang air bersih dan sanitasi, SDG 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan, serta SDG 11 tentang kota dan komunitas berkelanjutan.

Dalam konteks nasional, program ini mendukung Asta Cita dengan membangun Indonesia dari pinggiran dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini juga sejalan dengan fokus Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) dalam bidang teknologi dan manajemen lingkungan.

Metodologi Partisipatif Tim USTJ menerapkan pendekatan partisipatif dengan prinsip kemitraan dan pemberdayaan. Metodologi Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Asset-Based Community Development (ABCD) digunakan untuk mengoptimalkan potensi dan sumber daya lokal.

“Mitra tidak diposisikan sebagai objek, melainkan sebagai subjek aktif dalam seluruh tahapan program,” urai Alfons.

Ia menjelaskan, partisipasi mitra diwujudkan melalui kontribusi tenaga, waktu, pengetahuan lokal, dan sumber daya sesuai kemampuan.

Menurut Alfons, tantangan dan peluang
salah satu tantangan utama adalah keterbatasan akses transportasi ke Kampung Hobong. Lokasi mitra dapat dicapai dengan perjalanan darat 33 menit sejauh 20,8 km ke dermaga Jeku, dilanjutkan perahu Johnson selama 20 menit.

“Namun, hal ini justru menjadi peluang untuk mengembangkan model pemberdayaan berbasis komunitas yang dapat direplikasi di kampung-kampung terpencil lainnya di sekitar Danau Sentani,” ujarnya.

Monitoring dan evaluasi program yang berlangsung selama delapan bulan ini menerapkan sistem monitoring dan evaluasi berlapis. Evaluasi dilakukan pada level input (kesesuaian sumber daya), proses (efektivitas metode pelaksanaan), output (pencapaian target kegiatan), dan outcome (perubahan perilaku dan kondisi mitra).

Tim akan melakukan minimal 6 kali kunjungan lapangan dengan 10 kali pendampingan berkala. Setiap bulan akan ada evaluasi dan perencanaan bersama untuk memastikan program berjalan sesuai target.

Keberlanjutan jangka panjang strategi keberlanjutan dirancang sejak awal dengan mempersiapkan kader lokal dan membangun sistem pendampingan jangka panjang. Tim USTJ juga mengembangkan jaringan dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi lain, dan sektor swasta untuk dukungan berkelanjutan.

“Dokumentasi proses dan hasil program akan menjadi bahan pembelajaran dan replikasi untuk kampung-kampung lain,” tandas Alfons lagi.

Replikasi model keberhasilan program di Kampung Hobong diharapkan dapat menjadi model yang direplikasi di 17 kampung lainnya di sekitar Danau Sentani.

Model pemberdayaan berbasis pemuda dengan teknologi tepat guna ini berpotensi menjadi solusi sistemik untuk masalah akses air bersih di daerah terpencil.
Program ini juga akan menghasilkan berbagai luaran akademik termasuk publikasi jurnal internasional bereputasi, video dokumenter, dan media publikasi untuk diseminasi lebih luas.

Komitmen institusional USTJ sebagai perguruan tinggi yang berkomitmen pada pembangunan Papua menunjukkan dedikasi nyata melalui program ini. Dengan melibatkan dosen dari berbagai program studi dan mahasiswa, program ini menjadi wujud implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi secara holistik.

“Ini adalah bentuk kontribusi nyata USTJ untuk pembangunan Papua, khususnya dalam meningkatkan akses air bersih dan memberdayakan pemuda lokal,” tutup Alfons.

Program pemberdayaan Karang Taruna Kampung Hobong ini membuktikan bahwa solusi inovatif dan berkelanjutan dapat diciptakan melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat lokal, dan teknologi tepat guna.

Dengan fokus pada pemberdayaan pemuda sebagai agen perubahan, program ini tidak hanya menyelesaikan masalah akses air bersih, tapi juga membangun pondasi untuk pembangunan komunitas yang berkelanjutan.

Keberhasilan program ini akan menjadi bukti bahwa Papua memiliki potensi besar untuk mengembangkan solusi lokal bagi tantangan global, sekaligus mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin masa depan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Editor: Frifod
Sumber: Bambang Suhartawan, Dosen Teknik Lingkungan USTJ

Copyright © TOP-NEWS.ID 2024 | Newsphere by AF themes.