Krisis Inggris Ngeri, Pabrik Siap-Siap Gulung Tikar
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Lonjakan harga gas di Inggris membuat sejumlah industri terancam menghentikan produksi. Industri tersebut, adalah produsen yang menggunakan banyak energi, seperti baja, kaca, keramik hingga kertas.
Para pemimpin di industri telah meminta kepada Pemerintah Inggris untuk melakukan intervensi. Bahkan, pembicaraan dilakukan dengan Menteri Bisnis Kwasi Kwarteng akhir pekan kemarin meski belum ada solusi segera.
“Jika pemerintah tidak mengambil tindakan apapun, maka pada dasarnya apa yang akan kita lihat untuk sektor baja adalah semakin banyak jeda produksi pada waktu-waktu tertentu dalam sehari. Dan, jeda tersebut akan menjadi lebih lama,” kata Direktur Jenderal UK Steel Gareth Stace, kepada ITV News, dikutip Senin (11/10/2021) dan dilansir CNBC Indonesia, Selasa (12/10/2021).
Harga gas telah meningkat 400 persen tahun ini di Eropa, karena stok yang rendah dan tingginya permintaan. Ini memberikan tekanan khusus pada industri padat energi di Inggris.
Direktur Jenderal Konfederasi Industri Kertas Andrew Large juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, pabrik kertas tidak dapat mengesampingkan penangguhan produksi karena meningkatnya biaya energi.
David Dalton dari British Glass Manufacturers Association menjelaskan bahwa beberapa produsen pasti akan menghentikan produksi dalam beberapa hari ke depan. Menurutnya, ini adalah realita yang harus dihadapi.
Sementara itu, Pemerintah Inggris mengatakan bertekad untuk mengamankan “masa depan yang kompetitif” bagi industri intensif energi di Inggris.
Namun, beberapa anggota Partai Konservatif yang berkuasa di parlemen menilai ingin lebih banyak melihat bantuan pemerintah ke industri ini.
Ekonomi Inggris memang terpukul, karena biaya energi yang mahal. Kenaikan harga gas membuat listrik meningkat signifikan bagi konsumen.
Inggris juga kini tengah berjuang dengan krisis rantai pasokan. Kekurangan pekerja pasca-Brexit diperburuk oleh ketegangan global pandemi Covid-19 telah melumpuhkan rantai pasokan Inggris, mulai dari bahan bakar dan daging babi hingga unggas dan air kemasan.
Ini membuat pemulihan dari pandemi terancam. Sebelumnya di kuartal II 2021, ekonomi Inggris secara year on year (yoy) tumbuh 23,6 persen setelah kontraksi atau tumbuh negatif di kuartal sebelumnya.
Editor: Frifod